Senin, 28 Juni 2010

makalah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang “Belajar” sering kali pula rumusan dan penafsiran itu berbeda satu sama lainnya. Dalam uraian ini kita akan berkenalan dengan beberapa perumusan saja guna melengkapi dan memperluas pandangan kita tentang belajar antara lain :
1. Menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik. Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan melainkna pengubahan tingkah laku. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya.
2. Cronbach memberikan defenisi : Learning is shown by a change in behavior as result of experience dan Harold spears memberikan batasan : Learning is to observe to read to omitate to try something themseives to listen to follow direction, serta Geoch mengatakan “Learning is a change in farformance as result of practice.

Dari ketiga defenisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dll. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.
3. Menurut Gegne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, setelah orang memiliki keterampilan pengetahuan sikap dan nilai, timbulnya kapabilitas tersebut adalah (i) Stimulasi yang berasal dari lingkungan dan (ii) Proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar, dengan demikian “Belajar” adalah seperangkap proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.
4. Menurut Pieget “ Belajar” pengetahuan meliputi 3 fase. Fase- fase itu adalah (i) Fase eksporasi yaitu siswa mempelajari gejala dengan bimbingan. (ii) Fase pengenalan konsep yaitu : siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. (iii) Fase aplikasi yaitu siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lebih lanjut.
5. Menurut pengertian secara psikologis Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamalan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar tersebut adalah (i) Perubahan yang terjadi secara sadar. (ii) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. (iii) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif dan bukan sementara. (iv) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. (v) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
6. Morgan. Dalam buku introduction to psyckology (1978) mengemukakan : Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
7. Empat dasar visi UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization) dalam rangka mengantisipasi abad 21 yaitu :
a. Learning to think ( Belajar bagaikan berfikir). Learning to know. Berfikir yang terus menerus bukan hal yang mudah, hasilnya akan menjadikan seseorang independent, gemar membaca, mau slalu belajar. Bukankah banyak Al-Qur’an mengajarkan untuk berfikir dan belajar dengan menggunakan beberapa istilah. Seperti ungkapan “ Afala ta’qilun (Apakah kamu tidak menggunakan akal atau berfikir?, sebagai ungkapan teguran dari Allah). Dalam tradisi Islam termasuk sarat untuk dapat memperoleh ilmu adalah “dzaka” (cerdas- minimal IQ normal) dan “hirs” sikap ingin tahu atau serius. Dalam Islam juga di perintahkan untuk belajar seumur hidup (min al- mahdi ila al lahd) lebih dari itu dalam abad 21 ini, berfikir ditantang untuk mengikuti perkembangan dan sekaligus mengembangakan alat-alat yang digunakan dalam information technology yang menjadi salah satu cirri globalisasi.
b. Learning to do (belajar hidup atau belajar bagaimana berbuat atau bekerja). Pendidikan dituntut untuk menjadikan anak didik setelah selesai (lulus) mampu berbuat dan sekaligus mampu memperbaiki kualitas hidupnya sesuai dengan tantangan yang ada. Ini realistis mempunyai skil yang berkualitas untuk mampu berkompetensi. Agama Islam banyak menyebutkan perintah Allah kepada hambanya agar beramal saleh adalah satu sarat agar seseorang tidak berada pada tempat yang paling rendah (asfala safilin).


c. Learning to Live together (Belajar untuk hidup bersama-sama). Ini merupakan dunia kenyataan : Pluralisme, hal ini dapat terwujud jika menerima kenyataan akan adanya perbedaan. Pemahaman pluralisme akan menyadarkan kita akan nilai-nilai Universal seperti HAM, demokrasi, dan semacamnya. Islam mengajarkan kepada kita adanya saling kenal mengenal, saling belajar serta saling memanfaatkan atau membantu satu sama lain, meskipun perbedaan Agama, suku, etnis, bahasa warga Negara dan lain sebagainya. Lebih dari itu Islam menganggap terjadinya perbedaan adalah sebagai Rahmah dan Islam dengan jelas telah mengajarkan realitas perbedaan agama ini dengan sederhana dan tugas : lakum dinukum waliyadin”(Agamamu untukmu dan agamaku untukku). Memeluk agama atau berakidah pada dasarnya merupakan hak paling asasi (HAM). Sementara memaksakan agama kepada orang lain bukan saja melnggar HAM, namun juga dilarang oleh agama Islam.

B. Teori Belajar
Berikut ini terdapat beberapa teori belajar yang merupakan hasil penyelidikan para ahli psikologi sesuai dengan aliran psikologinya masing-masing. Teori yang terkenal dalam psikologi antara lain ialah :
1. Teori Conditioning dari Guthrie
Belajar adalah bagaimana cara atau methode untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik menjadi baik. Methode-methode tersebut yaitu : (i) Methode Reaksi Berlawanan yaitu jika suatu reaksi terhadap perangsang-perangsang telah menjadi suatu kebiasaan. Maka cara untuk mengubahnya ialah dengan jalan menghubungkan perangsang (stimulus) dengan reaksi (respon) yang berlawan dengan reaksi buruk yang hendak dihilangkannya. (ii) Metode Membosankan yaitu : Hubungan antara asosiasi antara perangsang dan reaksi (S-R) pada tingkah laku buruk itu di biarkan saja sampai lama mengalami keburukan itu sehingga menjadi bosan.
2. Teori Belajar menurut Piaget
Perkembangan proses belajar mengajar pada anak-anak menurut teori ini adalah sebagai berikut : (i) Anak mempunyai struktur yang berbeda dengan orang dewasa, maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar. (ii) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-hahap tertentu. Tetapi pada jangka waktu berlatih dari suatu tahap ketahap yang lain tidaklah selalu sama pada semua anak. (iii) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : (a) kemasakan mental. (b) interaksi sosial. (c) pengalaman. (d) equilibration.
C. Pengertian Mengajar
a. Mengajar adalah menyamapaikan pengetahuan kepada siswa didik di sekolah.
b. Mengajar adalah mewariskan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Implikasi dari rumusan ini adalah (i) pendidikan bertujuan membentuk manusia berbudaya. (ii) pengajaran berarti suatu proses pewarisan. (iii) bahan pengajaran bersumber dari kebudayaan atau lingkungan dan. (iv) siswa adalah generasi muda sebagai ahli waris.
c. Menurut pendapat Mc. Donald yang mengemukakan sebagai berikut Education in the sense used here is a process or an activity which is directed at producing diserable, changes in the behavior of human beings (pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan tingkah laku manusia).




d. Mengajar adalah usaha memperorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa atau memberikan bimbingan kepada murid atau kegiatan siswa untuk menjadi warga Negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat atau suatu proses membantu siswa mengahadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

D. Toeri Belajar dan Mengajar
1. Teori Psikologi daya
Belajar adalah kegiatan melatih daya-daya psikologi tersebut berfungsi lebih kuat dari teori ini belajar hanya menghafal saja. Sedangkan mengajar adalah usaha meningkatkan daya-daya anak didik melaluai pemikiran ilmu hemat dengan cara melatih atau membiasakan.
2. Teori Gestalt menyatakan sebagai berikut :
“Belajar” adalah kegiatan memahami, menghayati dan menganalisis bahan-bahan pelajaran yang dimulai di keseluruhan letah dulu. Kemudian memahami, menguji kea rah unsur-unsur nya atau rinciannya. Teori ini dipelopori oleh kaffka dan kaleler dari jerman. “mengajar”adalah proses penyajian bahwa pengetahuan yang dimualai dari keseluruhan lebih dahulu, kemudian unsur-unsur yang semakin kecil.
3. Kata Sayyidina Ali r.a : Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamanya, karena mereka adalah generasi baru dan bukan generasi tatkala kamu didik.” Atau menurut Alvin Toffler bahwa : Education must shift into to the future tense” (pendidikan harus berorientasi pada perubahan masa depan).
4. Menurut Al- Ghazzaly, berpandapat bahwa sasaran proses kependidikan mencakup potensi kehidupan psikologi manusia yaitu akal, emosi dan gerakan. Aktivitas manusia menurut Al-Ghazzaly, tergantung pada tanggapan. Pengetahuan, kecenderungan, minat dan keadaan emosi untuk perasan.
5. Menurut Ibnu Sina (980-1037 M). Sasaran proses kependidikan adalah pengembangan kemampuan alat-alat indrawi anak didik agar dapat mengindra kebesaran tuhan melalui kegiatan-kegiatan spiritual dan fisik (jasmaniah) dilingkungan sekitarnya. Kependidikan model ini bertujuan untuk mendorong anak kearah kegiatan atau mandiri dalam penemuan-penemuan (discovery) atau penelitian-penelitian untuk mendapatkan pengalaman baru bagi dirinya.
6. Jamaluddin Al- Afaghani berpendapat dalam kitabnya Tafsir Al manar bahwa manusia dalam fitrah yaitu mampu beragama Islam, karena agama islam adalah agama fitrah. Begitu pula pendapat Abul A’la Al maududi mempersamakan makna fitrah dengan human nature (tabiat asli manusia) yang berwatak tawakal (menyerahkan diri) kepada maha penciptanya. Sedangkan agama yang mengajarakan sikap berserah diri dan tunduk kepada kehendak (iradah) maha penciptanya adalah Islam.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk tuhan yang diberikan kemampuan untuk beragama, pengabdi kepada tuhan khaliknya. Sehingga kemampuan belajar mengajar (didik atau mendidik) manusia termasuk komponen Fitrah juga. Sesuai dengan firaman Allah yang pertama memerintahkan Nabi Muhammad saw dan umatnya untuk belajar membaca, menulis, pada ayat yang artinya “Bacalah, wahai Muhammad dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan tuhanmu yang paling pemurah, yang mengajar manusia dengan perantara kalam (tulis baca) : Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q. S. Al-Alaq :1-5).